Postingan

Kalau "Kring" Diangkat

Saya akan kembali bercerita pengalaman tentang telepon dinas. Saya disini akan berperan sebagai costumer service terkhusus yang melayani arus kepabeanan. Jika ada masalah langsung hubungi call center , yang pada umumnya terdapat pada laber barang. Nah, kasus sekarang, ada orang yang mengeluh terkait barang yang dia impor. Berupa Kosmetik, pelakunya adalah ibu rumah tangga. Dia mengeluh, karena kosmetiknya tidak bisa dia gunakan karena ditahan petugas Bea dan Cukai, dan dia minta penjelasan terkait barangnya itu. Saya "Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Emas, selamat siang, dengan La Ode Muhamad Ibnu ada yang bisa saya bantu? "Gini mas, saya minta penjelasan atas barang saya yang ditahan aparat bea dan cukai" Saya "Sebelumnya, dengan siapa kami bicara? Dari mana?" "Saya dengan Bu Krisna (*suara cowok) dari Jatibarang (kelurahan di Semarang)." Saya"Iya" "Jadi gini, saya beli kosmetik melal

/po.sé.sif/

Gambar
Pada kesempatan kali ini saya akan mengemukakan pikiran saya terkait film diatas. Jujur, saya belum bisa mendownload filmnya, disemua website film yang saya ketahui belum menyediakan link download untuk film ini, so .... saya hanya menyaksikan trailer dan behind the screen filmnya di YouTube . Bagi kalian yang penasaran tinggal masukkan keyword ini di YouTube "Film Posesif". Membaca judul filmnya saja saya langsung menduga bahwa film ini bergendre romantis. Lalu saya memastikannya dengan melihat trailernya di YouTube . Ternyata dugaan saya benar. Film ini berkisahkan tentang kisah cinta remaja yang manis dan berwarna-warni seperti gulali antara Yudhis dan Lala. Setelah selesai menonton saya menyimpulkan bahwa... Lebih tepat jika saya mengatakan film ini bercerita tentang Eksplorasi Cinta Remaja Zaman Now. Dimana lala tidak tahu apa arti cinta sebenarnya. Lala tinggal bersama ayahnya. Ayahnya seorang pelatih atlet renang. Dia melatih Lala dari dia kecil sampai rema

Tak Gentar!

Gambar
  Koran KR edisi 2 Juni Anda sudah pasti mengetahui bahwa 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.Pengumuman itu disampaikan dalam penutupan pidato pak Jokowi dalam peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat sekitar pukul 11. Timbullah rasa penasaran di hatiku, seperti apakah pidato Bung Karno pada saati itu. Lalu saya berseluncur, mencari-cari teks pidato Beliau. Akhirnya saya menemukannya, dan teksnya terlampir di Koran KR edisi 2 Juni pada waktu itu. Pidatonya cukup panjang, sehingga jika saya melampirkan keseluruhan isi teksnya, diperlukan lebih dari 3 halaman web. Jika anda pensaran dengan isi teksnya, saya telah melampirkan sumber diakhir tulisan ini. Saya kaget melihat isi pidatonya, yang isinya bisa saya sebut sebagai solusi untuk masalah sekarang ini. Yaitu mengenai Radikalisme. " Saya telah mengemukakan 4 prinsip: 1. Kebangsaan Indonesia. 2. Internasionalisme, – atau peri-kemanusiaan. 3. Mufakat, –

Seperti Bintang - Bintang di Langit

Gerbang utama kediaman yang berbahan kayu, diapit oleh dua jendela yang terbuka, terdengar suara kereta yang dibawa oleh angin, pertanda ada seseorang yang telah tiba. Di dalam gerbang tersebut terdapat sebuah ikatan kekeluargaan, yang jauh dari kata mewah, penuh dengan kasih sayang, saling menjaga satu sama lain, saling peduli, dan tiada hari tanpa komunikasi. Tetapi semua itu hilang, saat aku meninggalkan tempat yang memiliki daya tarik magnet sekuat iman tanpa noda zina, sehingga rasanya...sulit untuk ditinggalkan. Tetapi, harus ku lakukan agar mereka tidak kecewa. Di dalam perjalanan, teringat senyuman di wajah mereka. Beberapa detik melihat langit malam yang ditaburi bintang, teringat lagi akan sujud mereka di atas sebuah kain dengan corak, sambil berdoa untuk seorang pejuang yang tak kenal lelah. Setelah beberapa detik melihat ke langit, pandangan teralihakan oleh sebuah tanda berhenti yang bersinar. Semenit kemudian, lampu itu berganti warna...menandakan perjalananku harus ku
Gambar
Pedoman penulisan Karya Tulis Ilmiah. Dapat diambil pada link dibawah ini. https://drive.google.com/file/d/1oeA--sEwfpV8PqDiNYadICvqZph-046X/view?usp=sharing Jangan lupa meninggalkan Komentar!

Secarcik Kertas dengan Keterangan

Gambar
Menulis merupakan suatu kegiatan menggoreskan pena diatas lembaran kertas. Ada banyak hal yang bisa kita tulis. Salah satunya menulis surat. Terkadang mata, tangan, dan pikiran ini jenuh, menulis surat cukup  menguras energi, karena setiap surat sudah memiliki pedomannya masing-masing. Ingin rasanya membuat pedoman baru, lebih fleksibel, sehingga saya tidak perlu repot-repot dalam menulis surat. Tapi saya berfikir lagi, untuk apa capek-capek buat pedoman baru, kalau yang lama masih bisa digunakan. Hhhmmmm.......... Awalnya saya sendiri tidak tahu apa yang harus ditulis di surat ini, terasa seperti beban yang cukup sulit untuk diangkat. Setelah bertapa cukup lama, saya menemukan jawabannya. Dimulai dari memahami struktur surat, dan jenis surat. Setelah saya paham kedua hal tadi, saya merasa menulis surat bukanlah beban. Saya mulai menulis surat saya di atas kertas Microsoft Word 2007 (itu namanya mengetik, gue beri juga loh!!!). 🌚   Setelah beberapa menit mengetik

Jangan Hanya Baik, tetapi Harus Benar!

Terucapkanlah oleh anda "assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat pagi, huha". Saya adalah La Ode Muhamad Ibnu Saifurrahman, seorang mahasiswa yang tumbuh dan berkembang di Bumi Pertiwi. Saya lahir di Raha, Sulawesi Tenggara, 12 November 1998, anak kedua dari empat bersaudara, buah dari pasangan La Ode Andi Wou dan Husni. Panggilan saya adalah Ibnu, yang berarti "anak laki-laki". Mengapa bukan La Ode ? La Ode, adalah sebuah nama yang dipakai oleh masyarakat Jazirah Muna di Sulawesi Tenggara yang dulunya digunakan sebagai gelar kebangsawanan, dan memiliki arti dalam bahasa arab "seorang lelaki yang telah berjanji". Nama tersebut dulunya merupakan pemberian dari Sultan, yang diturunkan kepada anaknya, sehingga kelak anaknya akan menjadi pemimpin di kerajaan Muna atau Buton di Sulawesi Tenggara. Tetapi sekarang La Ode adalah sebuah marga, bukan nama panggilan, dikarenakan banyak yang menyalahgunakan gelar tersebut. Pendidikan s